Monday 14 January 2013

Aku Harus Panggil Apa Kalian








Aku Harus Panggil Apa Kalian
Kalian menginginkan pujian, mengharapkan penghargaan bahkan penghormatanpun kalian dambakan
Seseorang dihormati karena pantas untuk dihormati,  seseorang dihargai dan dipuji karena memiliki kualitas dan dapat menjadi teladan
Heran rasanya jika kalian menuntut banyak hal, apakah kalian hanya bercermin di air keruh sehingga tidak mampu melihat bayangan yang tidak pantas untuk diteladani
 Kalian hanyalah gerombolan-gerombolan yang sedang menjalankan politik,  politik  busuk yang akan memanfaatkan orang lain melalui retorika yang mematikan 
Kalian tidak punya hak untuk berprilaku otoriter terhadap kami, apalagi menghakimi ataupun menentukan masa depan kami
Hari ini telah menjadi masa yang merdeka, walau tidak mampu dipungkiri masih banyak yang tidak sadar bahkan bangga dengan ketidaksadarannya bahwa dirinya telah diperbudak oleh budak
Kalian hanya mampu bersembunyi di balik jiwa intelektual, yang akan menciptakan perangkap bagi mereka sang pencari jalanKalian seakan bergerak, berjuang

Kemerdekaan Semu



 



KEMERDEKAAN YANG SEMU

“Lebih baik hidup dalam keterasingan dari pada mati delam kemunafikan” adalah kata yang memberikanku inspirasi dalam menilai realitas. Realitas yang mulai samakan uang dengan Tuhan, apakah ini sebuah kebetulan ataukah ini merupakan sebuah peropaganda besar?

Masyarakat yang tak menyadari berada dalam lingkaran permainan global, tak mampu melakukan apa-apa. Hanya mampu memandangi anak-anak mudanya terjerumus dalam permainan rekayasa global, bahkan mereka sendirilah yang menjerumuskan pemuda pemudinya tanpa mereka sadar.

Sebuah konstruk global yang mulai menghegemoni masyarakat, bahkan sampai pada tingkatan mahasiswa yang di anggap sebagai generasi penerus bangsa atau agent of change. Sungguh ironi mahasiswa yang seharusnya menjadi lilin yang mampu menyinari kegelapan dalam masyarakat justru merekalah yang menjadi korban.

Ini karena mahasiswa telah kehilangan nalar kritisnya dalam m

Buah Pena Sang Jelata








BUAH PENA SANG JELATA!
“Jelata dan tertindas bukanlah sebuah Nasib”

Para Satanist dan Dajjalist kini bermain-main diatas genangan air mata emas kami.
Hak-hak yang terampas, kejujuran yang tergadaikan.
Kini tiada kutemukan keadilan dan kebenaran bagi kaum jelata dan tertindas seperti kami.
Ingat! Kami seperti ini bukan karena Nasib kawan, melainkan ini adalah bagian dari Rekayasa sosial yang telah dikonstruk sejak awal dan tertata rapi!
Maaf…
kalau pada akhirnya kamipun bungkam melihat kebenaran ataukah menukar kejujuran dengan kepalsuan demi sesuap nasi untuk buah hati kami.
Mulut dibungkam, iman diganti, dibeli bahkan dilumpuhkan
Semua pilar kebenaran dirubuhkan dan menimpa para pengikut iman.
Maafkan…
Jikalau nantinyaku ingkari sumpah setia kita saudaraku, itu karena desakan pendidikan.
Semua itu bersebab bukan karena tidak adanya